Apakah Anda sedang berada dalam kondisi dilema saat ini apakah harus fokus di karier atau menjadi ibu rumah tangga saja? Saat sedang berpikir mengenai fokus meniti karier, Anda sering dihadapkan pada gambaran masa depan yang lebih indah. Anda bisa memiliki jabatan tertentu, disayang oleh perusahaan, disayang keluarga, dan bisa melakukan apa saja dengan bebas.
Tapi, Anda juga ingin melihat tumbuh kembang anak di rumah karena masa kecil anak-anak tidak akan pernah terulang kembali. Ini juga dilema yang pernah dialami oleh Gytha Sugesti, seorang ibu rumah tangga yang dulu bekerja pada bidang medis dan sangat mencintai pekerjaannya.
Menjalani kehidupan sebagai seorang ibu yang juga bekerja kadang membuat Gytha bertanya-tanya apa yang sedang dikerjakan anaknya di rumah, apakah anaknya sudah makan, dan lain-lain. Gytha sampai pada satu titik dimana ia berpikir bahwa ia tidak bisa setiap saat menghubungi baby sitter-nya hanya untuk tahu bagaimana kabar anak-anak kembarnya. Kejadian buruk juga pernah menimpa anak Gytha saat bersama baby sitter-nya.
“Saya awalnya memang bekerja, kemudian menikah dan saya masih bekerja. Saat itu anak saya baru setahun atau dua tahunan-lah. Cuma ada…tragedi. Ya sebetulnya pasti dilema banget buat saya sebagai ibu rumah tangga yang sekaligus berkarier. Jadi saya kerja sambil mikirin anak di rumah. Lagi apa, sudah makan atau belum, walaupun di rumah ada baby sitter ya, tapi kan saya selama kerja nggak bisa calling baby sitter terus. Pasti ada kepikiran.
Lalu, suatu hari anak saya entah gimana, kelalaian baby sitter juga, kena dispenser, air panas, melepuh tangannya. Itu membuat saya mikir ya. Saya sebagai ibu kok bisa sampai kecolongan, walaupun itu kelalaian baby sitter. Tapi saya nggak langsung menyalahkan baby sitter ya. Hanya kamu lebih hati-hati lain kali.” ucak Gytha saat menceritakan pengalamannya pada Youtuber properti, Ruby Herman.
Gytha lalu memberikan pesan kepada baby sitter-nya supaya lebih hati-hati dan lebih fokus pada anak-anaknya. Jika ada pekerjaan lain, bisa ditinggalkan saja dulu. Gytha lalu membuat sebuah keputusan setelah digelayuti rasa bersalah dan rasa tidak enak dengan suaminya. Ia pun memilih resign setelah dua bulan berpikir dan berusaha menata mental. Mental yang dibangun Gytha pada saat harus berada di rumah, tidak lagi mengerjakan pekerjaan yang biasa ia lakukan di kantor, dan fokus mengurus anak.
Gytha sangat menikmati pekerjaannya di bidang medical check up. Pekerjaan ini sudah digeluti sejak ia masih kuliah. Terhitung sudah sepuluh tahun lamanya. Gytha bekerja sambil kuliah. Bidang pekerjaannya ini dijalaninya dengan tekun meskipun ia memiliki background pendidikan ekonomi. Para dokter dan rekan-rekan medis banyak membantunya dalam memberikan masukan di pekerjaannya pada salah satu rumah sakit di Tangerang. Gytha sangat menyukai pekerjaannya. Perubahan kebiasaan yang dialaminya setelah memutuskan resign cukup kacau. Gytha sempat bingung harus bagaimana.
“Apalagi anak baru umur setahun. Saya belajar jadi orangtua juga. Baru anak pertama. Kembar lagi. Laki-laki dua-duanya. Pasti sangat aktif banget ke sana kemari. Waktu itu saya juga dibantu baby sitter. Ya udah enjoy aja jalani fokus ke anak-anak dulu. Belajar cara gimana sih merawat anak-anak, belajar juga dari buku, dari psikolog anak. Karena kan temen-temen ada yang psikolog, kan.” ujar Gytha saat menceritakan pengalamannya yang baru resign dan harus segera fokus mengurus anak-anak.
Di balik semua perubahan yang terjadi setelah full menjadi ibu rumah tangga, Gytha merasa sangat happy karena ia bisa menyaksikan diri tumbuh kembang anak-anaknya. Ini adalah alasan terkuat Gytha memutuskan berhenti jadi wanita karier. Dia ingin fokus membesarkan anak-anaknya. Gytha sadar waktunya sangat singkat dalam mengurus anak-anak. Anak-anak akan segera besar dan memiliki dunia yang berbeda. Dunia yang mungkin akan sedikit lebih sulit untuk dijangkau oleh orangtua. Waktu yang berkualitas bersama anak-anak ini priceless bagi Ghyta.
Ghyta cukup beruntung karena keputusannya resign tidak memengaruhi ekonomi keluarganya. Ia juga berpesan kepada ibu-ibu bekerja di luar sana untuk tetap sabar menjalani proses perubahan ini karena nanti juga akan terbiasa dengan sendirinya.
Anak-anak juga menjadi salah satu alasan bagi Ghyta untuk memilih hunian di Victoria Square. Selain karena tempatnya strategis dimana semua fasilitas tersedia seperti kendaraan umum, banyak mal, banyak rumah sakit, klinik, dealer mobil yang sesuai dengan merek mobil yang Ghyta punya, Victoria Square memiliki playground dan kolam renang yang anak-anak suka untuk bermain. Jika anak-anak jenuh karena sering melakukan zoom meeting, Ghyta bisa mengajak anak-anak main ke mal untuk refreshing. Ghyta juga senang melakukan fitnes yang nyaman di Victoria Square bersama suami.
“Sambil treadmill sambil ngeliat orang berenang. Habis itu selesai fitnes juga kita bisa berenang sambil nemenin anak-anak.” ujar Ghyta saat menceritakan pengalamannya menggunakan fasilitas kesukaannya di Victoria Square.
Lokasi Victoria Square yang dekat dengan bandara juga sangat memudahkan suami Ghyta saat harus bepergian ke luar negeri. Dia dan keluarga bisa lewat akses mana saja untuk menuju bandara dan cepat. Suami Ghyta yang seorang engineer di luar negeri juga tidak akan kesulitan jika jadwal penerbangannya tidak menentu.
Fasilitas lain yang sangat membantu anak-anak Ghyta dalam sekolah di masa pandemi ini adalah taman. Di taman yang banyak terdapat berbagai macam tanaman, rumput hijau yang asri, dan angsa-angsa yang berkeliaran bebas ini sering dijadikan Ghyta sebagai sarana untuk membantu menyelesaikan tugas berkebun dari sekolah.
“Salah satu tugas dari sekolah itu berkebun atau menanam. Dan saya terbantu banget oleh salah satu staf dari Victoria Square, Pak Damin namanya. Dia memang biasa merawat kebun di sini. Saya minta tolong dia ajarin anak-anak saya cara menanam terus saya dokumentasikan tata caranya satu-satu dari awal sampai di dalam pot.
Oke, setelah itu saya segera kirim ke gurunya dan selesai tugas anak-anak. Jadi, nggak ada halangan kita tinggal di apartemen wah susah segala macam. Bagus di sini ter-cover segala kebutuhannya untuk anak-anak.” Ghyta menceritakannya dengan riang gembira karena merasa sangat terbantu tinggal di Victoria Square ini dalam kehidupan barunya sebagai ibu rumah tangga.
Ghyta juga sangat suka dengan swimming pool yang terhubung ke area yang lebih luas dengan ornamen jembatan unik di tengahnya. Anak-anak Ghyta suka sekali berenang di bawah jembatan unik yang juga bisa dilalui oleh orang-orang segala usia ini.
Ghyta yang stay di Cilegon juga merasa sangat bersyukur menemukan Victoria Square ini. Ia dulu harus sering bolak-balik Cilegon-Tangerang untuk bekerja dan tiap weekend bisa menyewa kamar hotel. Total biaya per bulan lumayannya besar. Ghyta pun mengambil keputusan terbaik dengan mencicil apartemen yang jadi hak milik sendiri. Fasilitas di Victoria Square juga sangat lengkap dibandingkan hotel. Anak-anak juga sangat senang bermain di sini.
Ghyta yang berkeinginan kuat untuk terjun langsung mendidik anak dan melihat tumbuh kembang anak berpesan agar para orangtua bisa melihat hak dan kewajiban anak. “Hak anak kan bermain ya. Jadi pada saat anak ada PR, tugas, dan sebagainya, selesaikan dulu.
Setelah itu, kita kasih waktu dia untuk refreshing ya. Terserah dia mau main di kolam renang atau dia mau main di playground. Atau mau makan di kafe, main skuter di depan, karena kan ada jogging track di depan enak dia mau muter-muter aman. Kasih dia waktu refreshing. Selesai baru kita mulai zoom meeting lagi, atau ada les, ada PR yang belum dikerjakan.”